Sunday, April 28, 2013

Kota Pematangsiantar



Kota Pematangsiantar

Lambang Kota Pematangsiantar
Motto: Sapangambei Manoktok Hitei
`
Peta lokasi Kota Pematangsiantar
Koordinat: 2°58ʹN 99°2ʹE
Dasar hukum
-
Tanggal
Pemerintahan
 - Wali kota
 - DAU
Rp. 492.115.399.000.-(2013)[1]
Luas
79,97 km²
Populasi
 - Total
234.885 (2010) (Sumber: BPS)
 - Kepadatan
-
Demografi
 - Bahasa
Indonesia
0622
Pembagian administrative
 - Kecamatan
8
 - Desa
-
-
-
 - Situs web
Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak Pematangsiantar yang strategis, ia dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera. Kota ini memiliki luas wilayah 79,97 km2 dan berpenduduk sebanyak 240.787 jiwa (2000).
Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari Parapat sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, kota ini memiliki 8 hotel berbintang, 10 hotel melati dan 268 restoran. Di kota ini masih banyak terdapat sepeda motor BSA model lama sebagai becak bermesin yang menimbulkan bunyi yang keras.
Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-3 Adam Malik, lahir di kota ini pada 22 Juli 1917. Kota ini pernah menerima Piala Adipura pada tahun 1993 atas kebersihan dan kelestarian lingkungan kotanya. Sementara itu, karena ketertiban pengaturan lalu lintasnya, kota ini pun meraih penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha pada tahun 1996.
Sektor industri yang menjadi tulang punggung perekonomian kota yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Simalungun ini adalah industri besar dan sedang. Dari total kegiatan ekonomi pada tahun 2000 yang mencapai Rp 1,69 trilyun, pangsa pasar industri mencapai 38,18 persen atau Rp 646 miliar. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22,77 persen atau Rp 385 miliar.

Sejarah

Sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar merupakan daerah kerajaan Siantar. Pematangsiantar yang berkedudukan di pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sangnawaluh Damanik, yang memegang kekuasan sebagai raja tahun 1906.
Disekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal penduduk diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Kahean, Pantoan,Suhi Bah Bosar,dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu :
  1. Pulau Holing menjadi Kampung Pematang.
  2. Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota.
  3. Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol, Kampung Melayu, Martoba, Sukadame dan Bane.
  4. Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba dan Martimbang.
Setelah Belanda memasuki daerah Sumatera Utara, Simalungun menjadi Daerah kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah kekuasaan raja-raja. Controleur Belanda yang semula berkedudukan di perdagangan pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru, Bangsa Cina mendiami Kawasan Tiombang Galung dan Kampung melayu.
Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar. Kemudian Pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No.285 Pematangsiantar berubah menjadi Geemente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No.717 berubah menjadi Geemente yang mempunyai Dewan.
Pada jaman Jepang berubah menjadi Siantar Estate dan Dewan dihapus. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Pematangsiantar kembali menjadi daerah Otonomi. Berdasarkan UU No.22/1948 status geemente menjadi kota kabupaten Simalungun dan wali kota dirangkap oleh Bupati Simalungun sampai 1957.
Berdasarkan UU No. 1/1957 berubah menjadi Kota Praja penuh dan dengan keluarnya UU No.18/1965 berubah menjadi Kotamadya, dan dengan keluarnya UU No.5/1974 Tentang pokok-pokok pemerintah di daerah berubah menjadi daerah tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang.

Kecamatan

Kota Pematangsiantar terdiri dari 8 kecamatan yaitu:
  1. Siantar Barat
  2. Siantar Marihat
  3. Siantar Martoba
  4. Siantar Selatan
  5. Siantar Timur
  6. Siantar Utara
  7. Siantar Marimbun
  8. Siantar Sitalasari

Infrastruktur

Pendidikan

Di kota Pematangsiantar terdapat Sekolah Tinggi Theologia HKBP, yang kampusnya terletak di Jl. Sangnawaluh No. 6. Juga terdapat Universitas Simalungun atau disingkat USI dan Universitas HKBP Nommensen yang sering disebut Nommensen. Selain itu kota ini juga tempat dimana Akademi seperti AMIK Multicom,AMIK Tunas Bangsa, dan AMIK Parbina Nusantara berdiri.
Terdapat juga sekolah-sekolah swasta besar seperti Methodist, Sultan Agung, Kalam Kudus, Taman Asuhan, Taman Siswa,SMK Parbina Nusantara,SMA Budi Mulia,SMA Bintang Timur dan SMA Seminari.
Sekolah-sekolah swasta tersebut telah menghasilkan murid-murid berprestasi yang bertanding di ajang-ajang olahraga nasional.
Secara total, Pematang Siantar memiliki 160 Sekolah Dasar, 43 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 28 Sekolah Menengah Umum, dan 7 Universitas/Akademi.[2]
Di kota ini juga terdapat Museum Simalungun yang berisi koleksi peninggalan sejarah dan budaya Simalungun. Museum ini dikelola oleh Yayasan Museum Simalungun, dan berlokasi di Jalan Jendral Sudirman, di antara kantor Polres Siantar dan GKPS Sudirman.

Kesehatan

Terdapat 7 buah Rumah Sakit dari berbagai kategori di Pematang Siantar dengan kapasitas 597 tempat tidur.[3] Salah satu yang terbesar adalah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih, dengan kapasitas 220 tempat tidur, yang dilayani oleh 7 dokter umum, 3 dokter gigi, dan 25 dokter spesialis.[4]
Rumah sakit di atas dibantu oleh 17 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dan 10 Puskesmas pembantu. Selain itu terdapat 17 Balai Pengobatan Umum (BPU) dan 235 Pos Pelayanan Terpadu (Pos Yandu).[5]

Transportasi

Pematang Siantar dapat diakses melalui 2 sarana transport darat, Bus dan Kereta Api. Secara umum, transportasi dalam kota dilayani oleh sarana Angkutan Kota dan Becak Motor. Terminal Bus terbesar di Pematang Siantar terdapat di Terminal Parluasan, yang merupakan titik transit bagi hampir seluruh Angkutan dalam dan luar Kota.

Nama-nama wali kota Pematangsiantar

  • O.K.H. Salamuddin (1956 - 1957)
  • Jamaluddin Tambunan (1957 - 1959)
  • Rakutta Sembiring (1960 - 1964)
  • Abner Situmorang (1964 - 1964)
  • Pandak Tarigan (1964 - 1965)
  • Zainuddin Hasan (1965 - 1966)
  • Tarif Siregar (1965 - 1966)
  • Drs. M. Pardede (1966 - 1967)
  • Letkol Laurimba Saragih (1967 - 1974)
  • Kol. Sanggup Ketaren (1974 - 1979)
  • Kol. Drs. MJT. Sihotang (1979 - 1984)
  • Drs. Djabanten Damanik (1984 - 1989)
  • Drs. Zulkifli Harahap (1990 - 1994)
  • Drs. Abu Hanifah (1994 - 2000)
  • Drs. Marim Purba (2000 - 2005)
  • Drs. Nabari Ginting Msi (Pjs.) (2005 - 2005)
  • Ir. R.E. Siahaan (2005 - 2010)
  • Hulman Sitorus, SE (2010 - sampai sekarang)

Tokoh-tokoh dari Pematangsiantar

Galeri gambar

Pematangsiantar pada tahun 1923
Rumah orang Belanda di Pematangsiantar (1923)
Pemandangan jalan di Pematangsiantar pada tahun 1910-an

Rumah Adat Bolon







7 Votes

       
Pematang Siantar, Rabu (29/09. Sekitar 2 Jam dari Pematang Siantar terdapat rumah peninggalan raja Purba atau yang lebih dikenal rumah adat Bolon.Ditempat ini selain rumah raja terdapat pula kuburan raja terakhir yaitu Raja Mogang Purba [Juli 1904 - 15 Agustus 1947]. Rumah yang berumur lebih dari 100 thn ini pernah mengalami renovasi beberapa kali.Berikut ulasan mengenai fungsi dari rumah yang terdapat di kawasan rumah adat Bolon.

Bangunan ini tempat menumbuk padi yang dilakukan oleh para gadis sebelum akhirnya mereka dipersunting raja.
Alat transportasi traditional disebut juga Gajah – gajah, kendaraan ini biasanya ditarik oleh manusia atau kuda.
Nama – nama raja kerajaan Purba
1. Tuan Pangultop Ultop [1624 - 1648]
2. Tuan Ranjinman [1648 - 1669]
3. Tuan Nanggaraja [1670 - 1692]
4. Tuan Batiran [1692 - 1717]
5. Tuan Bakkaraja [1718 - 1738]
6. Tuan Baringin [171738 - 1769]
7. Tuan Bona Batu [1769 - 1780]
8. Tuan Raja Ulan [1781 - 1796]
9. Tuan Atian [1800 - 1825]
10. Tuan Horma Bulan [1826 - 1856]
11. Tuan Raondop [1856 - 1886]
12. Tuan Rahalim [1886 - 1921]
13. Tuan Karel Tanjung [1921 - 1931]
14. Tuan Mogang [1933 - 1947]
Kerajaan Purba mulai berdiri pada abad ke XV, hanya raja Mogang yang mempunyai istri 1 karena beliau sangat berpendidikan dan modern pada jamannya, selain itu beliau sudah memeluk agama Kristen dan kebiasaan para pendahulunya tidak dia ikuti.

Rumah Tradisional yang hampir Punah







2 Votes

Pewarta-Indonesia, Bangunan Rumah Bolon pematang Purba ini bekas istana Raja, terdiri dari dua bagian. Bagian depaan disebut Lopou berukuran 12 m x 8,5 m. Dipakai tempat tinggal Raja dan tamu-tamunya. Bagian belakang dipakai untuk isterinya yang berjumlah 12 orang dan anak-anaknya. Rumah Bolon ini menghadap ke timur berdiri di atas umpak batu. Diatas umpak batu terdapat gelondongan kayu yang disusun secara horizontal. Jumlah gelondongan kayu 10 buah disebut halang/galang. Bagian dinding dihiasi motif sulepat (garis-garis siku saling berkaitan dikombinasi dengan hiasan bunga. Rumah ini tidak mempunyai jendela, tetapi dibuat berjeruji.
Terdapat pintu masuk dari depan dan belakang, akan tetapi tangga naiknya ada di bagian depan dengan tangga kayu dan terdapat pegangan yang terbuat dari rotan disebut Hotang Bulo.
Di tiang kiri dan kanan pintu masuk terdapat hiasan bohi-bohi (bentuk muka manusia yang menyeramkan). Di bagian dinding terdapat hiasan berupa cecak yang terbuat dari cat (dulu terbuat dari jalinan ijuk).
Atap rumah terbuat dari ijuk, di ujung bagian depan dan belakang terdapat bentuk menyerupai kepala kerbau. Kepalanya dari ijuk tapi tanduknya asli tanduk kerbau, menurut kepercayaan kepala kerbau ini sebagai lambang kebesaran, keberanian dan kebenaran serta penangkal roh jahat.
Di ruang dalam Rumah Bolon bagian depan disebut Lopou dipakai Raja dan tamunya. Di ruang ini terdapat dua buah gon, di kiri dan kanan pintu masuk terdapat para-para tempat menyimpan senjata.. Di kanan kiri pintu masuk terdapat tungku yang di atasnya terdapat Parasanding (tempat menyimpan bumbu dan alat dapur). Di sudut kiri belakang terdapat kamar tidur Raja. Di tengah ruang terdapat tiang tempat meletakkan tanduk kerbau sebagi tanda penabalan Raja yang jumlahnya 13 tanduk sesuai jumlah raja di pematang purba.
Bagian belakang Rumah Bolon berfungsi sebagi tempat tinggal Isteri raja dan ruang ini tidak mempunyai sekat. Masing-masing menempai sisi kiri dan kanan dan masing-masing mempunyai tungku dan didalam rumah ini masih banyak terdapat berbagai peninggalan sejah berupa benda-benda alat rumah tangga, peti mati, benda pusaka dan lain-lain.

Pakaian Adat

Kain Adat Simalungun disebut Hiou. Penutup kepala lelaki disebut Gotong, penutup kepala wanita disebut Bulang, sedangkan yang kain yang disandang ataupun kain samping disebut Suri-suri.
Sama seperti suku-suku lain di sekitarnya, pakaian adat suku Simalungun tidak terlepas dari penggunaan kain Ulos (disebut Uis di suku Karo). Kekhasan pada suku Simalungun adalah pada kain khas serupa Ulos yang disebut Hiou dengan berbagai ornamennya.
Ulos pada mulanya identik dengan ajimat, dipercaya mengandung "kekuatan" yang bersifat religius magis dan dianggap keramat serta memiliki daya istimewa untuk memberikan perlindungan. Menurut beberapa penelitian penggunaan ulos oleh suku bangsa Batak, memperlihatkan kemiripan dengan bangsa Karen di perbatasan Myanmar, Muangthai dan Laos, khususnya pada ikat kepala, kain dan ulosnya.[13]
Secara legenda ulos dianggap sebagai salah satu dari 3 sumber kehangatan bagi manusia (selain Api dan Matahari), namun dipandang sebagai sumber kehangatan yang paling nyaman karena bisa digunakan kapan saja (tidak seperti matahari, dan tidak dapat membakar (seperti api). Seperti suku lain di rumpun Batak, Simalungun memiliki kebiasaan "mambere hiou" (memberikan ulos) yang salah satunya melambangkan pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada penerima Hiou. Hiou dapat dikenakan dalam berbagai bentuk, sebagai kain penutup kepala, penutup badan bagian bawah, penutup badan bagian atas, penutup punggung dan lain-lain.
Hiou dalam berbagai bentuk dan corak/motif memiliki nama dan jenis yang berbeda-beda, misalnya Hiou penutup kepala wanita disebut suri-suri, Hiou penutup badan bagian bawah bagi wanita misalnya ragipanei, atau yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari yang disebut jabit. Hiou dalam pakaian penganti Simalungun juga melambangkan kekerabatan Simalungun yang disebut tolu sahundulan, yang terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (abit).
Menurut Muhar Omtatok, Budayawan Simalungun, awalnya Gotong (Penutup Kepala Pria Simalungun) berbentuk destar dari bahan kain gelap ( Berwarna putih untuk upacara kemalangan, disebut Gotong Porsa), namun kemudian Tuan Bandaralam Purba Tambak dari Dolog Silou juga menggemari trend penutup kepala ala melayu berbentuk tengkuluk dari bahan batik, dari kegemaran pemegang Pustaha Bandar Hanopan inilah, kemudian Orang Simalungun dewasa ini suka memakai Gotong berbentuk Tengkuluk Batik.

TOR TOR SIMALUNGUN



Kearifan local pematangsiantar

No comments:

Post a Comment