Kota Pematangsiantar
|
Lambang Kota Pematangsiantar
Motto: Sapangambei Manoktok Hitei
|
`
Peta lokasi Kota Pematangsiantar
Koordinat: 2°58ʹN 99°2ʹE
|
|
|
Dasar hukum
|
-
|
Tanggal
|
|
Pemerintahan
|
|
|
|
Rp. 492.115.399.000.-(2013)[1]
|
Luas
|
79,97 km²
|
Populasi
|
- Total
|
234.885 (2010) (Sumber: BPS)
|
- Kepadatan
|
-
|
Demografi
|
|
|
|
Indonesia
|
|
|
|
0622
|
Pembagian administrative
|
|
8
|
|
-
|
|
-
|
|
-
|
- Situs web
|
|
|
|
|
Kota
Pematangsiantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota
terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak
Pematangsiantar yang strategis, ia dilintasi oleh Jalan Raya
Lintas Sumatera. Kota ini memiliki luas wilayah 79,97 km2 dan berpenduduk
sebanyak 240.787 jiwa (2000).
Kota
Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari Parapat sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Sebagai kota
penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, kota ini memiliki 8 hotel berbintang, 10 hotel melati dan 268 restoran. Di kota ini masih banyak terdapat
sepeda motor BSA model lama sebagai becak bermesin yang menimbulkan bunyi yang
keras.
Sektor industri yang menjadi tulang punggung
perekonomian kota yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Simalungun ini adalah industri besar dan sedang.
Dari total kegiatan ekonomi pada tahun 2000 yang mencapai Rp 1,69 trilyun,
pangsa pasar industri mencapai 38,18 persen atau Rp 646 miliar. Sektor
perdagangan, hotel dan restoran menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan
22,77 persen atau Rp 385 miliar.
Sejarah
Sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar merupakan
daerah kerajaan Siantar. Pematangsiantar yang berkedudukan di pulau Holing dan
raja terakhir dari dinasti keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sangnawaluh
Damanik, yang memegang kekuasan sebagai raja tahun 1906.
Disekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat
tinggal penduduk diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Kahean, Pantoan,Suhi
Bah Bosar,dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota
Pematangsiantar yaitu :
- Pulau
Holing menjadi Kampung Pematang.
- Siantar
Bayu menjadi Kampung Pusat Kota.
- Suhi
Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol, Kampung Melayu, Martoba,
Sukadame dan Bane.
- Suhi Bah
Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba dan Martimbang.
Setelah Belanda memasuki daerah Sumatera Utara, Simalungun menjadi Daerah
kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah kekuasaan raja-raja.
Controleur Belanda yang semula berkedudukan di perdagangan pada tahun 1907
dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu Pematangsiantar berkembang menjadi
daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru, Bangsa Cina mendiami Kawasan
Tiombang Galung dan Kampung melayu.
Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar. Kemudian
Pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No.285 Pematangsiantar berubah
menjadi Geemente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939 berdasarkan
Stad Blad No.717 berubah menjadi Geemente yang mempunyai Dewan.
Pada jaman Jepang berubah menjadi Siantar Estate dan Dewan dihapus. Setelah
Proklamasi Kemerdekaan Pematangsiantar kembali menjadi daerah Otonomi.
Berdasarkan UU No.22/1948 status geemente menjadi kota kabupaten Simalungun dan
wali kota dirangkap oleh Bupati Simalungun sampai 1957.
Berdasarkan UU No. 1/1957 berubah menjadi Kota Praja penuh dan dengan
keluarnya UU No.18/1965 berubah menjadi Kotamadya, dan dengan keluarnya UU
No.5/1974 Tentang pokok-pokok pemerintah di daerah berubah menjadi daerah
tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang.
Kecamatan
Kota Pematangsiantar terdiri dari 8 kecamatan yaitu:
- Siantar Barat
- Siantar Marihat
- Siantar Martoba
- Siantar Selatan
- Siantar Timur
- Siantar Utara
- Siantar Marimbun
- Siantar
Sitalasari
Infrastruktur
Pendidikan
Di kota Pematangsiantar terdapat
Sekolah
Tinggi Theologia HKBP, yang kampusnya terletak di Jl. Sangnawaluh
No. 6. Juga terdapat
Universitas Simalungun atau
disingkat
USI
dan
Universitas HKBP Nommensen
yang sering disebut
Nommensen. Selain itu kota ini
juga tempat dimana Akademi seperti
AMIK Multicom,
AMIK Tunas Bangsa,
dan
AMIK Parbina Nusantara
berdiri.
Terdapat juga sekolah-sekolah swasta besar seperti
Methodist,
Sultan
Agung,
Kalam Kudus,
Taman Asuhan,
Taman
Siswa,
SMK Parbina Nusantara,
SMA Budi Mulia,SMA
Bintang Timur dan
SMA Seminari.
Sekolah-sekolah swasta tersebut telah menghasilkan murid-murid berprestasi
yang bertanding di ajang-ajang olahraga nasional.
Secara total, Pematang Siantar memiliki 160 Sekolah Dasar, 43 Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama, 28 Sekolah Menengah Umum, dan 7 Universitas/Akademi.
[2]
Di kota ini juga terdapat Museum
Simalungun
yang berisi koleksi peninggalan sejarah dan budaya Simalungun. Museum ini
dikelola oleh Yayasan Museum Simalungun, dan berlokasi di Jalan Jendral
Sudirman, di antara kantor Polres Siantar dan
GKPS
Sudirman.
Kesehatan
Terdapat 7 buah Rumah Sakit dari berbagai kategori di Pematang Siantar
dengan kapasitas 597 tempat tidur.
[3]
Salah satu yang terbesar adalah Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Djasamen Saragih,
dengan kapasitas 220 tempat tidur, yang dilayani oleh 7 dokter umum, 3 dokter
gigi, dan 25 dokter spesialis.
[4]
Rumah sakit di atas dibantu oleh 17 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas),
dan 10 Puskesmas pembantu. Selain itu terdapat 17 Balai Pengobatan Umum (BPU)
dan 235 Pos Pelayanan Terpadu (Pos Yandu).
[5]
Transportasi
Pematang Siantar dapat diakses melalui 2 sarana transport darat, Bus dan
Kereta Api. Secara umum, transportasi dalam kota dilayani oleh sarana Angkutan
Kota dan Becak Motor. Terminal Bus terbesar di Pematang Siantar terdapat di
Terminal
Parluasan,
yang merupakan titik transit bagi hampir seluruh Angkutan dalam dan luar Kota.
Nama-nama wali kota Pematangsiantar
- O.K.H.
Salamuddin (1956 - 1957)
- Jamaluddin
Tambunan (1957 - 1959)
- Rakutta
Sembiring (1960 - 1964)
- Abner
Situmorang (1964 - 1964)
- Pandak
Tarigan (1964 - 1965)
- Zainuddin
Hasan (1965 - 1966)
- Tarif
Siregar (1965 - 1966)
- Drs. M.
Pardede (1966 - 1967)
- Letkol
Laurimba Saragih (1967 - 1974)
- Kol.
Sanggup Ketaren (1974 - 1979)
- Kol. Drs.
MJT. Sihotang (1979 - 1984)
- Drs.
Djabanten Damanik (1984 - 1989)
- Drs.
Zulkifli Harahap (1990 - 1994)
- Drs. Abu
Hanifah (1994 - 2000)
- Drs. Marim
Purba (2000 - 2005)
- Drs.
Nabari Ginting Msi (Pjs.) (2005 - 2005)
- Ir. R.E.
Siahaan (2005 - 2010)
- Hulman
Sitorus, SE (2010 - sampai sekarang)
Tokoh-tokoh dari Pematangsiantar
Galeri gambar
Pematangsiantar pada tahun 1923
Rumah orang Belanda di Pematangsiantar (1923)
Pemandangan jalan di Pematangsiantar pada tahun
1910-an
January 9,
2011 at 2:52 am (Rumah Adat)
7
Votes
Pematang Siantar,
Rabu (29/09. Sekitar 2 Jam dari Pematang Siantar terdapat rumah peninggalan
raja Purba atau yang lebih dikenal rumah adat Bolon.Ditempat ini selain rumah
raja terdapat pula kuburan raja terakhir yaitu Raja Mogang Purba [Juli 1904 -
15 Agustus 1947]. Rumah yang berumur lebih dari 100 thn ini pernah mengalami
renovasi beberapa kali.Berikut ulasan mengenai fungsi dari rumah yang terdapat
di kawasan rumah adat Bolon.
Bangunan ini tempat menumbuk padi yang dilakukan oleh para gadis sebelum akhirnya
mereka dipersunting raja.
Alat transportasi
traditional disebut juga Gajah – gajah, kendaraan ini biasanya ditarik oleh
manusia atau kuda.
Nama – nama raja
kerajaan Purba
1. Tuan Pangultop
Ultop [1624 - 1648]
2. Tuan Ranjinman [1648 - 1669]
3. Tuan Nanggaraja [1670 - 1692]
4. Tuan Batiran [1692 - 1717]
5. Tuan Bakkaraja [1718 - 1738]
6. Tuan Baringin [171738 - 1769]
7. Tuan Bona Batu [1769 - 1780]
8. Tuan Raja Ulan [1781 - 1796]
9. Tuan Atian [1800 - 1825]
10. Tuan Horma Bulan [1826 - 1856]
11. Tuan Raondop [1856 - 1886]
12. Tuan Rahalim [1886 - 1921]
13. Tuan Karel Tanjung [1921 - 1931]
14. Tuan Mogang [1933 - 1947]
Kerajaan Purba
mulai berdiri pada abad ke XV, hanya raja Mogang yang mempunyai istri 1 karena
beliau sangat berpendidikan dan modern pada jamannya, selain itu beliau sudah
memeluk agama Kristen dan kebiasaan para pendahulunya tidak dia ikuti.
September
3, 2009 at 9:22 am (Rumah Adat)
2
Votes
Pewarta-Indonesia, Bangunan Rumah Bolon pematang Purba ini bekas
istana Raja, terdiri dari dua bagian. Bagian depaan disebut Lopou berukuran 12
m x 8,5 m. Dipakai tempat tinggal Raja dan tamu-tamunya. Bagian belakang
dipakai untuk isterinya yang berjumlah 12 orang dan anak-anaknya. Rumah Bolon
ini menghadap ke timur berdiri di atas umpak batu. Diatas umpak batu terdapat
gelondongan kayu yang disusun secara horizontal. Jumlah gelondongan kayu 10
buah disebut halang/galang. Bagian dinding dihiasi motif sulepat (garis-garis
siku saling berkaitan dikombinasi dengan hiasan bunga. Rumah ini tidak
mempunyai jendela, tetapi dibuat berjeruji.
Terdapat pintu
masuk dari depan dan belakang, akan tetapi tangga naiknya ada di bagian depan
dengan tangga kayu dan terdapat pegangan yang terbuat dari rotan disebut Hotang
Bulo.
Di tiang kiri dan
kanan pintu masuk terdapat hiasan bohi-bohi (bentuk muka manusia yang menyeramkan). Di bagian
dinding terdapat hiasan berupa cecak yang terbuat dari cat (dulu terbuat dari
jalinan ijuk).
Atap rumah terbuat
dari ijuk, di ujung bagian depan dan belakang terdapat bentuk menyerupai kepala
kerbau. Kepalanya dari ijuk tapi tanduknya asli tanduk kerbau, menurut
kepercayaan kepala kerbau ini sebagai lambang kebesaran, keberanian dan
kebenaran serta penangkal roh jahat.
Di ruang dalam
Rumah Bolon bagian depan disebut Lopou dipakai Raja dan tamunya. Di ruang ini
terdapat dua buah gon, di kiri dan kanan pintu masuk terdapat para-para tempat
menyimpan senjata.. Di kanan kiri pintu masuk terdapat tungku yang di atasnya
terdapat Parasanding (tempat menyimpan bumbu dan alat dapur). Di sudut kiri
belakang terdapat kamar tidur Raja. Di tengah ruang terdapat tiang tempat
meletakkan tanduk kerbau sebagi tanda penabalan Raja yang jumlahnya 13 tanduk
sesuai jumlah raja di pematang purba.
Bagian belakang
Rumah Bolon berfungsi sebagi tempat tinggal Isteri raja dan ruang ini tidak
mempunyai sekat. Masing-masing menempai sisi kiri dan kanan dan masing-masing
mempunyai tungku dan didalam rumah ini masih banyak terdapat berbagai
peninggalan sejah berupa benda-benda alat rumah tangga, peti mati, benda pusaka
dan lain-lain.
Pakaian Adat
Kain Adat
Simalungun disebut Hiou. Penutup kepala lelaki disebut Gotong, penutup kepala
wanita disebut Bulang, sedangkan yang kain yang disandang ataupun kain samping
disebut Suri-suri.
Sama seperti suku-suku lain di
sekitarnya, pakaian adat suku Simalungun tidak terlepas dari penggunaan kain Ulos (disebut
Uis di suku Karo). Kekhasan pada suku Simalungun adalah pada kain khas serupa
Ulos yang disebut Hiou dengan berbagai ornamennya.
Ulos pada mulanya identik dengan
ajimat, dipercaya mengandung "kekuatan" yang bersifat religius magis
dan dianggap keramat serta memiliki daya istimewa untuk memberikan
perlindungan. Menurut beberapa penelitian penggunaan ulos oleh suku bangsa
Batak, memperlihatkan kemiripan dengan bangsa Karen di perbatasan Myanmar, Muangthai dan Laos, khususnya pada ikat kepala, kain dan ulosnya.[13]
Secara legenda ulos dianggap
sebagai salah satu dari 3 sumber kehangatan bagi manusia (selain Api dan Matahari), namun dipandang sebagai sumber kehangatan
yang paling nyaman karena bisa digunakan kapan saja (tidak seperti matahari,
dan tidak dapat membakar (seperti api). Seperti suku lain di rumpun Batak,
Simalungun memiliki kebiasaan "mambere hiou" (memberikan ulos) yang salah
satunya melambangkan pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada penerima
Hiou. Hiou dapat dikenakan dalam berbagai bentuk, sebagai kain penutup kepala,
penutup badan bagian bawah, penutup badan bagian atas, penutup punggung dan
lain-lain.
Hiou dalam berbagai bentuk dan
corak/motif memiliki nama dan jenis yang berbeda-beda, misalnya Hiou penutup
kepala wanita disebut suri-suri, Hiou penutup badan bagian bawah bagi wanita
misalnya ragipanei, atau yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari yang
disebut jabit. Hiou dalam pakaian penganti Simalungun juga melambangkan
kekerabatan Simalungun yang disebut tolu
sahundulan, yang terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada
(pakaian) dan tutup bagian bawah (abit).
Menurut Muhar Omtatok, Budayawan
Simalungun, awalnya Gotong (Penutup Kepala Pria Simalungun) berbentuk destar
dari bahan kain gelap ( Berwarna putih untuk upacara kemalangan, disebut Gotong
Porsa), namun kemudian Tuan Bandaralam Purba Tambak dari Dolog Silou juga
menggemari trend penutup kepala ala melayu berbentuk tengkuluk dari bahan
batik, dari kegemaran pemegang Pustaha Bandar Hanopan inilah, kemudian Orang
Simalungun dewasa ini suka memakai Gotong berbentuk Tengkuluk Batik.
TOR TOR SIMALUNGUN
Kearifan local pematangsiantar